OLEH: ROSIM NYERUPA*
BELAKANGAN ini semakin ramai masyarakat Lampung berbondong-bondong sampaikan keluh kesahnya di media sosial, apalagi terkait insfratruktur jalan rusak parah yang jadi tanggung jawab Pemerintah Provinsi.
Viralnya Lampung di media sosial sampai direspons oleh Kemeterian PUPR menanggapi postingan jalan rusak di Rawajitu yang dikira jalan nasional oleh masyarakat, namun ternyata jalan daerah yang jadi tanggung jawab Pemerintah Provinsi. Juga begitu viral sebelumnya jalan di Rumbia dan beberapa ruas jalan lainnya yang juga jadi sorotan publik viral hingga mewarnai media nasional.
Ditambah respons salah satu pemuda asal Lampung yang sedang mengenyam pendidikan di Australia dengannya konten di TikTok yang mengangkat judul Penyebab Lampung Gak Maju-maju kemudian viral.
Sebagai masyarakat Lampung kita perlu mengambil pesan besar dibalik kritik Bima Yudho yang dirasakan bersama bukan justru menyoal soal diksi kata Dajjal yang digunakan justru patut mengapresiasi upaya Bima telah mewakili keluh-kesah masyarakat Lampung yang menginginkan pemerataan pembangunan dan kesejahteraan.
Penggunaan diksi kata Dajjal hanyalah sebuah simbolisasi ekspresi kekecewaan terhadap suatu situasi dan kondisi. Jadi bukan diksi kata dajjal tapi pesan pembangunan insfrastruktur dan suprastrukturnya.
Begitu juga dengan berbagai aksi konten kreator Lampung seperti Abang Taun CS, Bukan soal mandi lumpurnya tapi jalan yang rusak parah dan aksi masyarakat dimasing-masing daerah lainnya.
Saya turut prihatin dengan pernyataan Chusnunia Chalim selaku Wakil Gubernur Lampung dalam menanggapi video viral Bimo Yudho tersebut. Sebagai pemimpin, Wakil Gubernur justru seolah-olah mencari pembenaran dengan mengambinghitamkan situasi pandemi Covid-19 dan keterbatasan anggaran yang jadi alasan klasik.
Seharusnya kejadian ini tidak dijadikan ajang untuk mengcounter keluhan masyarakat dengan bahasa pembenaran semua, apalagi sampai memblokir akun Instagram dan mematikan kolom komentar seperti Akun Instagram Gubernur Arinal yang terkesan anti kritik ditengah ramainya masyarakat berkeluh-kesah, bukankah teriaknya masyarakat itu karena ada yang tidak beres terhadap daerah dan pemimpinnya?
Namun demikian, kita sadar dan memaklumi betul posisi Buk Nunik selaku Wakil Gubernur juga pasti kena dampak citra baik dari berbagai kritikan masyarakat yang muncul terhadap Gubernur Arinal.
Suatu hal yang lumrah terjadi, Fenomena masyarakat ramai-ramai gunakan sosial media sebagai tempat untuk menyalurkan fikiran dalam menyampaikan keluh-kesahnya apalagi persoalan pembangunan tentu akan sangat membantu dalam percepatan pembangunan itu sendiri. Selain menunjukkan adanya tingkat partisipasi masyarakat yang tinggi juga pemerintah akan sangat terbantukan.
Jika dicermati, beragam peristiwa yang dilakukan oleh masyarakat Lampung belakangan ini sudah barang tentu menunjukkan adanya sebuah perlawanan yang dilakukan oleh masyarakat terhadap pemimpinnya, perlawanan sebagai bentuk tindakan kekesalan dan kemarahan yang klimaks tak terbendung berangkat dari berbagai problemtika yang dialami masyarakat, salah satunya adalah persoalan infrastruktur jalan.
Mereka mempertanyakan Lampung Berjaya di mana di tengah Pemerintah Provinsi Lampung yang banyak megekspose piagam dan penghargaan sebagai bukti prestasi atas kinerja pemerintah. Sementara itu semua berbanding terbalik dengan kondisi yang tengah viral hari ini.
Upaya masyarakat Lampung menyampaikan keluh kesahnya melalui ruang publik seperti media sosial, akan jadi tamparan keras bagi Pemerintah Provinsi Lampung yang kerap posting prestasi soal capaian kerja, baik itu soal kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, pembangunan dan lain-lain.
Maka, tidak heran jika banyak pihak menilai Gubernur Arinal dinilai telah gagal mewujudkan Lampung Berjaya yang digadang-gadangnya selama menjabat.
Fenomena tersebut berdampak terhadap trust publik dengan pemimpinnya menurun drastis, Tentu akan memperburuk postur Gubernur Lampung di mata publik karena semakin terlihat terkesan dan terbuka jelas ketidakmampuan Gubernur Arinal memimpin Lampung menjadi lebih baik dengan janji yang sudah diikat sumpah jabatan 45 bulan yang lalu.
Benar kata pepatah orang-orang zaman dahulu, “Jangan lihat diawal, Lihat saja sama dengannya, Di akhir maksudnya' Baru bisa dilihat berhasil atau tidak”.
Arinal Djunaidi bersama Chusnunia Calim dilantik Presiden Jokowi sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Lampung pada tahun 2019 lalu, mereka mengusung program Lampung Berjaya yang terdapat 33 butir janji kerja yang harus dituntaskan selama menjabat.
Namun, mimpi Lampung Berjaya tersebut nampaknya akan kandas. Pasalnya 33 janji kerja belum semua terealisasi termasuk persoalan infrastruktur jalan sementara akhir tahun 2023 ini mereka akan turun jabatan.
Untuk itu, saya mengimbau agar Gubernur Arinal dengan gentle mempersiapkan diri dan menyiapkan serangkaian kalimat permohonan maaf yang tulus kepada masyarakat Lampung karena telah gagal mewujudkan cita-cita besar sejak dilantik, yaitu Lampung Berjaya!
*(Penulis adalah Koordinator Serikat Mahasiswa dan Pemuda Lampung (Simpul)